SOKONG! Reading Area & Sesi Percakapan Kecil di Bolo Space

Dalam rangka pelan-pelan buka TOS!, small art bookshop & library yang bertempat di Bolo SpaceSOKONG! menyelenggarakan SOKONG! Reading Area dan Sesi Percakapan Kecil.

SOKONG! Reading Area adalah ruang baca temporer untuk membaca, berbagi, dan berdiskusi dengan menghadirkan koleksi buku artistik pilihan di setiap edisinya. Pada edisi khusus kali ini, buku-buku yang hadir berasal dari acara Pentas Buku Foto 2025 yang dikelola oleh mataWaktu dan Gueari Galeri#PentasBukuFoto menghadirkan 37 lebih buku/zine foto Indonesia (waktu terbit 2023-2025) dari hasil panggilan terbuka dan 51 buku foto Dummy Award ‘24 Shortlist.

Setiap sore pada pukul 15.30-17.00 WIB, diselenggarakan juga Sesi Percakapan Kecil yang membicarakan kegiatan di dalam/di luar kerangka kerja penerbitan artistik. Kurnia Yaumil Fajar dan Prasetya Yudha, mewakili TOS! melakukan percakapan santai sore hari bersama Zine Zan Zun, Budi N.D. Dharmawan, Smita Tanaya, Jalan Gembira, dan Maria Uthe.

SOKONG! Reading Area

Sesi Percakapan Kecil

Dokumentasi Sesi Percakapan Kecil oleh Abimanyu Dirgantara

TOS! dan Zine Zan Zun, duo penghuni baru Bolo Space, mengawali sesi percakapan kecil hari pertama.

Kurnia Yaumil Fajar & Prasetya Yudha, mewakili TOS!, berbincang tentang ruang perpustakaan & toko buku yang berfokus pada publikasi artistik. Mereka tertarik dengan konsep ruang yang membuka potensi jejaring peristiwa.

Azka & Akbar dari Zine Zan Zun, membincangkan ide (ruang) bermain dalam mengeksplorasi media zine. Kesukaan mereka terhadap konten-konten brain rot sedikit banyak memengaruhi cara mereka dalam mengomunikasikan gagasan.

Budi N.D. Dharmawan & Smita Tanaya mengisi sesi hari kedua.

Budi N.D. Dharmawan bercakap-cakap tentang kebiasaan mencatat di buku jurnal yang dilakukan secara konsisten sejak di bangku sekolah. Guru mata pelajaran sejarah dan bahasa Indonesia berpengaruh dalam membentuk kebiasaan mencatat & mendokumentasikan hal-hal yang sedang diamatinya.

SMita Tanaya berbincang tentang perjalanan & mengarsipkan hal-hal. Kebiasaan yang sudah dibangun sejak kelas 2 SD. Ketertarikan Smita atas trinkets bisa sesederhana karena suka dengan warnanya atau keinginan untuk memegang sesuatu biar jadi tanda terkait memori atas momentum-momentum yang ia alami.

Jalan Gembira & Maria Uthe mengisi sesi hari ketiga.

Uniph, mewakili Jalan Gembira, berbincang perihal pengalaman berjalan kaki bersama dan praktik artistik dalam menerbitkan zine. Mengupayakan terbitan adalah cara Uniph untuk membiarkan teman-teman mengartikulasikan sendiri pengalaman berjalan kakinya.

Maria Uthe membahas persoalan mendesain buku-buku artistik. Dalam satu kisah, Uthe menekankan bahwa desain itu politis. Kepada siapa desain itu ditunjukkan, bagaimana bentuknya, latar belakang simbol/ikon yang digunakan, selalu punya konteks politis. Desainer punya tanggung jawab dalam mereproduksi image. Kadang desainer secara tidak sadar mereproduksi kekerasan.

***

Program ini dirancang sebagai ajang saling apresiasi kecil-kecilan atas praktik artistik keseharian yg bertautan dengan pencatatan & perbukuan.

Terima kasih teman-teman!