Lokakarya Penerbitan dan Produksi Narasi di Komunitas Gubuak Kopi
Pada 11-21 Oktober 2024, Komunitas Gubuak Kopi menyelanggarakan Lokakarya Pendidikan Kontekstual Berbasis Arsip: Kurun Niaga #4 – “how is the story told after it’s over?” di Rumah Tamera, Kota Solok.
Komunitas Gubuak Kopi bekerja sama dengan Fase Rawat Pekan Kebudayaan Nasional 2024 oleh Direktorat Jendral Kebudayaan Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI, sebagai Fasilitator Hub Sumatera, mengadakan serangkaian lokakarya yang berupaya memetakan model-model praktik pengarsipan yang diinisiasi oleh sejumlah komunitas pelaku budaya di Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Riau.
“Pemetaan ini menjadi acuan untuk mengembangkan praktik pendayagunakan arsip sebagai alternatif memproduksi narasi kawasan dan membangun imajinasi kolektif atas ruang hidup yang adil dan lestari – dengan tetap sadar akan perkembangan situasi sosial, ekonomi, dan politik dulu dan hari ini.
Lokakarnya terdiri dari rangkaian kelas/diskusi terkait ide-ide desentralisasi, dan pengembangan paradigma mengenai arsip (yang tidak terbatas pada dokumen, tetapi juga laku, gestur, arsitektur, bunyi, dan lainnya). Serta bagaiamana arsip dapat bekerja dalam merespon persoalan kawasan hari ini dengan pendekatan seni-budaya.”
* * *
Pada 17 Oktober 2024, SOKONG! mendapat kesempatan untuk menjadi narasumber salah satu sesi lokakarya bertajuk Penerbitan dan Produksi Narasi.
Selain SOKONG!, ada beberapa narasumber lain yang membawa tajuk lokakarya berbeda-beda. Akbar Yumni membahas Sejarah Publik dalam Bingkaian Artistik, Rifandi membahas Design dan Arsitektur Kolonial, Krista Jantowski dan Komunitas Gubuak Kopi membahas Kuasa Arsip, dan Maiza Elvira membahas Arsip sebagai Studi tentang Kota.
SOKONG! sendiri dalam lokakarya Penerbitan dan Produksi Narasi ingin mengajak peserta untuk mengenalkan dan mempraktikkan gagasan media publikasi sebagai praktik artistik. Harapannya, para peserta bisa membawa pulang bekal gagasan ini untuk dipraktikkan di komunitas mereka masing-masing. Oleh karena apa yang disebut media publikasi di sini bisa berwujud publikasi sederhana dalam format leaflet. Sebuah format publikasi yang kiranya bisa dibuat secara mandiri dengan segala keterbatasan. oleh karena hanya memanfaatkan satu lembar kertas dan mesin cetak yang ada, kalau tidak ada bisa tulis tangan atau gunting-tempel pun.
Dalam pengenalan gagasan publikasi yang bisa dibuat secara mandiri ini, selain membawa beberapa tawaran format publikasi, SOKONG! membawa beberapa referensi terbitan yang berkenaan dengan pembacaan ulang atas arsip.
Setelah menyediakan waktu bagi peserta untuk membaca berbagai publikasi referensi, SOKONG! mengajak para peserta untuk membuat publikasi sendiri. Berangkat dari proyek mengolah arsip yang sedang masing-masing kembangkan di Lokakarya Kurun Niaga #4.
Sesi Lokakarya Penerbitan dan Produksi Narasi ini ditutup dengan presentasi dari para peserta.
Untuk menengok sedikit banyak tentang apa yang dibuat oleh para peserta, sialakan baca tulisan Amelia Putri yang berjudul “Membuat Buku Bersama SOKONG”.
Amelia Putri sendiri selama Kurun Niaga #4 berperan sebagai pencatat proses yang menulis jurnal seluruh rangkaian lokakarya Kurun Niaga #4. Silakan baca seluruh tulisan Amelia Putri terkait Lokakarya Pendidikan Kontekstual Berbasis Arsip: Kurun Niaga #4 di blog Gubuak Kopi.
* * *
Terima kasih kepada segenap peserta, Mellya Fitri (Komunitas Gajah Maharam Photography-Kota Solok), Eka Dalanta (Ngobrol Buku–Medan), Debora Angelina/Dea (Komunitas Solu–Balige), Yogi/Awang (Komunitas Pondok Belantara-Riau), Faris (Manual Kampar-Riau), Irvan/Spansan (Forum RT05-Payakumbuh), Diska/Icung (Sekolah Gender-Padang), Fauzan (Teater Balai-Bukittinggi), Dani (Non Blok Ekosistem-Pekanbaru), Riki (Paninjauan Saiyo- Tanah Datar), Sandro (Titik Abdi-Langkat), Rozi Erdus (Tikalak, Sumatera Barat).
Terima kasih banyak juga kepada Komunitas Gubuak Kopi yang telah mengajak SOKONG! untuk terlibat dalam Kurun Niaga #4.
Semua dokumentasi foto oleh Komunitas Gubuak Kopi.
Lihat juga dokumentasi video yang dibuat oleh Debora Angelina di sini.