Menempuh Titik Buta: Fotografi dan Tanda Mata Kota-Kota

oleh Shohifur Ridho’i

144 halaman, 12,5 x 19,5 cm | Editor: Budi N.D. Dharmawan | Bahasa Indonesia | 2021 | SOKONG!

Rp90.000 – Pesan di sini

Menempuh Titik Buta: Fotografi dan Tanda Mata Kota-Kota memuat hamparan pemikiran kritis Shohifur Ridho’i terhadap praktik fotografi perjalanan dan persinggungannya dengan wacana pariwisata dan kolonialisme. Berpijak dari pembacaannya atas Blind Spot, buku kumpulan foto dan esai lirik hasil rekaman bertamu ke sejumlah kota di dunia oleh Teju Cole, Ridho menelaah perkara apa saja yang tak ditangkap oleh kamera dalam ruang lingkup kerja fotografi sebagai tatapan dan bagaimana kamera berpotensi menjadi alat untuk menunda hasrat. 

Mengadopsi pendekatan Cole dalam menulis esai lirik di Blind Spot yang penuh dengan potongan-potongan cerita dari berbagai khazanah, kepingan-kepingan mozaik peradaban, serta fragmen-fragmen sejarah, Ridho menulis risalah ihwal perbedaan watak yang dimiliki oleh seorang pengembara dengan turis, kerentanan kamera sebagai agensi yang dapat jatuh pada praktik eksploitasi, foto sebagai pernyataan sikap, dan kekuatan fotografi yang mampu menghidupkan hati nurani dan memberi motivasi terhadap komitmen politik. 

Melalui pembacaannya atas Blind Spot, Ridho ingin membuka percakapan perihal “refleksi kritis tentang fotografi bukan cuma hadir melalui aspek diskursifnya saja, tetapi juga aspek gestur dan performativitas seorang fotografer.” 

 

Shohifur Ridho’i adalah penulis dan seniman yang acap bekerja secara kolaboratif dan lintas disiplin. Ia lahir di Sumenep pada 1990 dan kini mukim di Yogyakarta. Tahun 2016 mendirikan rokateater, sebuah platform studi dan penciptaan seni pertunjukan. Sejak 2017-2019, bersama rokateater, mengerjakan proyek seni tentang fotografi identitas (pasfoto) berdasar arsip foto-foto Nyoo Studio, sebuah studio foto tua di Kalisat, Jember. Proyek tersebut, dengan ragam fokus isu dan bentuk, telah ditampilkan di sejumlah helatan pameran dan pertunjukan: Cabaret Chairil-Teater Garasi (Yogyakarta, 2018), Djakarta Teater Platform (Jakarta, 2018), Jakarta International Photo Festival (Jakarta, 2019), Pra-Biennale Jogja XV (Yogyakarta, 2019), Pekan Seni Media (Samarinda, 2019), 15 3 Mini Art Project #7 (Bandung, 2019), dan Instants Video Numériques Et Poétiques (Marseille, 2019). Selain menulis dan menyutradarai teater, ia juga menjadi kurator pameran dan pertunjukan, di antaranya adalah Némor: Southeast Monsoon di Cemeti Institute, Yogyakarta (2019) dan Gugus Bagong: Transisi di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja, Yogyakarta (2020). Ia juga terlibat dalam forum percakapan Majelis Dramaturgi dan inisiatif penciptaan artistik di Proyek Kodok Ijo dan Lembâna Artgroecosystem.